OpenStack adalah salah satu skill-set penting yang perlu dikuasai oleh sobat Engineer ketika Kamu ingin menjadi Engineer yang terbaik.
Pada postingan ini, ADINUSA bakal bantu kamu mempelajari bagaimana men-deploy menggunakan OpenStack dengan beberapa metode, yakni single-node, multi-node, dan high availability setups.
Deployment di dalam OpenStack memiliki beberapa tujuan utama.
Memungkinkan pengguna untuk meluncurkan dan mengelola berbagai layanan dan aplikasi di lingkungan cloud secara efisien. Pengguna dapat melakukan penyebaran mesin virtual, kontainer, atau bahkan aplikasi serverless dengan cepat dan mudah menggunakan layanan seperti Nova (compute), Magnum (container orchestration), atau Zun (container as a service).
Deployment memungkinkan skalabilitas dan elastisitas yang fleksibel, di mana pengguna dapat menambah atau mengurangi sumber daya sesuai kebutuhan, seperti menambahkan instans komputasi tambahan saat lalu lintas meningkat atau menghapus sumber daya yang tidak lagi diperlukan untuk menghemat biaya.
Deployment memungkinkan otomatisasi penuh melalui penggunaan skrip atau alat manajemen konfigurasi, mempercepat proses penyebaran dan meningkatkan konsistensi lingkungan.
Keseluruhan, deployment di dalam OpenStack membantu organisasi memanfaatkan infrastruktur cloud secara efisien, meningkatkan fleksibilitas operasional, dan mendukung pengembangan dan inovasi aplikasi yang cepat.
Set up server (baik fisik maupun virtual) dengan resource (CPU, RAM, storage) yang memadai untuk menjalankan seluruh OpenStack services.
Install OpenStack di server yang sudah kamu sediakan.
Ikuti instruksi instalasi untuk mengkonfigurasi OpenStack services, termasuk KeyStone (identity service), Nova (compute service), Neutron (networking service), Glance (image service), and Cinder (block storage service) di server yang sudah kamu sediakan.
Selesai instalasi dan konfigurasi, akses dashboard OpenStack dengan membuka laman web dan navigasi ke [ http://<IP_address>/dashboard, where <IP_address> ] di mana **IP address ** adalah server yang tadi telah kamu buat.
Siapkan beberapa server fisik atau virtual dengan peran yang berbeda: controller node(s), compute node(s), and network node(s).
Install OpenStack pada setiap server dengan menyesuaikan peran/role-nya masing-masing:
Konfigurasikan service OpenStack agar semua role dapat berkomunikasi dan berkaitan antarnode yang berbeda-beda:
Setelah instalasi dan konfiguras selesai, akses dashboard OPenStack dari controller node dengan membuka laman web dan navigasi ke http://<IP_address>/dashboard.
Set up beberapa server fisik maupun virtual dengan redundancy dan tingkat toleransi yang memiliki kapabilitas tinggi untuk high availability
Install OpenStack pada tiap server dengan konfigurasi high availability:
Gunakan spesialisasi deployment tools atau skrip yang mendukung konfigurasi High availability, seperti TripleO, Kolla-Ansible, or Charmed OpenStack. Kemudian, konfigurasikan services untuk redundancy, load balancing, and failover untuk memastikan keberlangsungan operasi jika terjadi kegagalan pada node.
Konfigurasi OpenStack services dengan HA configurations:
Utilisasikan clustering serta load balancing teknologi untuk services seperti Keystone, Nova, Neutron, Glance, dan Cinder guna mendistribusikan workload dan memastikan service availability. Implementasikan juga database clustering solutions (e.g., Galera Cluster for MariaDB) untuk data redundancy dan fault tolerance.
Setelah deployment HA selesai, akses dashboard OpenStack dari node controller manapun dengan mengakses laman web dan navigasi ke http://<IP_address>/dashboard.
Seru bukan belajar OpenStack bersama ADINUSA?
Yuk pelajari selengkapnya dengan mengikuti kursus di ADINUSA!
Baca juga: Peran Vital Linux SysAdmin: Siapa yang Membutuhkannya?
Baca juga: Panduan langkah demi langkah untuk menginstal dan mengkonfigurasi OpenStack pada platform Ubuntu dan CentOS